Jumat, 01 Juli 2011

PENTINGNYA BAHASA INGGRIS


Memasuki era globalisasi atau yang lebih dikenal dengan pasar bebas menuntut setiap individu untuk mempersiapkan sumber daya yang handal terutama di bidang IPTEK. Agar dapat menguasai teknologi dengan baik diperlukan pengetahuan yang memadai sehingga kita dapat memanfaatkannya dalam menghadapi tuntutan dunia global yang syarat dengan persaingan. Dalam hal ini peranan bahasa Inggris sangat diperlukan baik dalam menguasai teknologi komunikasi maupun dalam berinteraksi secara langsung. Sebagai sarana komunikasi global, bahasa Inggris harus dikuasai secara aktif baik lisan maupun tulisan. Tidaklah mustahil perkembangan teknologi yang semakin pesat menuntut kita untuk lebih proaktif dalam menanggapi arus informasi global sebagai aset dalam memenuhi kebutuhan pasar. Sebagai bahasa pergaulan dunia bahasa Inggris bukan hanya sebagai kebutuhan akademis karena penguasaannya hanya terbatas pada aspek pengetahuan bahasa melainkan sebagai media komunikasi global.Untuk menguasai bahasa Inggris dengan baik mestinya proses belajar mengajar menekankan aspek latihan ( Trial and Error ) sehinga siswa akan terlibat secara aktif dalam menyampaikan pendapat / gagasan secara bebas sesuai dengan kondisi nyata.

5.709 Warga Jabar Penderita HIV


DEPOK - Keprihatinan terhadap penularan virus HIV di Kota Depok perlu terus ditingkatan. Data terakhir mencatat Kota Depok masuk dalam urutan 15 besar penderita terbanyak HIV/AIDS di Provinsi Jawa Barat (Jabar). Dengan 148 penderita positif yang tercatat.

Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) Jawa Barat, Arry Lesmana Putra mengatakan  angka itu bukan sebenarnya. ”Artinya jumlah itu masih bisa lebih banyak lagi. Tidak berhenti pada angka 148 penderita saja. Karena banyak penderita HIV/AIDS yang enggan melapor dan tidak terdata,” ujarnya kepada INDOPOS (JPNN Group) saat meninjau kesiapan layanan rumah sakit terhadap pasien HIV/AIDS di RSUD Kota Depok, Jumat (1/7).

Disebutkan pula penetapan angka urutan HIV/AIDS terus dievaluasi dalam waktu tiga bulan. Karena itu, posisi Kota Depok juga bisa berubah. Seiring kenaikan angka penderita HIV tersebut.

Berdasarkan statistik potensi HIV/AIDS, lanjut Arry juga, terdapat 433 ribu orang dari populasi pria di Provinsi Jawa Barat yang senang berinteraksi seksual dengan pramunikmat. Sedangkan jumlah perempuan penjaja seksual terdata sekitar 25 ribu orang. ”Itu angka kasar di Jawa Barat.  Angka ini tersebar di  kota dan kabupaten di Jawa Barat,” paparnya.

Jadi perkiraaan penderita HIV/AIDS di Jawa Barat sekitar 5.709 orang. Dari angka tersebut ada 163 dari kalangan bayi dan remaja. Dengan usia 0-14 tahun. Apalagi sekitar  50 persen dari penderita HIV/AIDS anak-anak meninggal di usia kurang dari 5 tahun. Selebihnya, saat ini dalam perawatan intensif di beberapa rumah sakit. ”Pengobatan HIV/AIDS gratis. Pemerintah mensubsidi pemenuhan obat-obatnya,” cetusnya juga.

Dia juga menegaskan, dalam mekanisme perawatan tidak boleh ada perlakuan berbeda. Antara penderita HIV/AIDS dengan pasien penyakit lain. Tapi memang penanganan penderita HIV/AIDS  dilakukan tim medis yang lebih terampil. Terkait kondisi ZH warga RT 02/01, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok yang positif HIV dan kini tinggal bersama nenek dan kakeknya setelah ditinggal mati ibu, ayah dan kakaknya,

Arry mengatakan perlu menjadi perhatian bersama. Pemerintah Kota (Pemkot) Depok harus memberikan bantuan seoptimal mungkin. Apalagi pasien tersebut memiliki kartu Jamkesda. ”Dalam aturannya Jamkesda itu akan membebaskan pasien bayi dari semua biaya pengobatan HIV sampai usia 12 tahun,” tegasnya.

Sementara itu, Sekretaris Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Depok, dr Ani Rubiani mengatakan pelayanan bagi penderita HIV/AIDS di Kota Depok memang masih terbatas. Tapi dia memastikan pelayanan medis kepada para penderita HIV/AIDS akan diperlakukan secara wajar dan tidak boleh ada diskriminasi. ”RSUD Kota Depok memang belum memiliki fasilitas perawatan bagi pasien HIV/AIDS,” ujarnya. (rko